- OJK Akan Tata Ulang Perijinan Perusahaan Gadai
- Jadi Pembina Kawasan Sungai Cipinang, MIND ID Komitmen Dukung Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan
- Wujudkan Ekonomi Kerakyatan, MIND ID Dorong 10.000 UMK Naik Kelas
- Masyarakat Adat Masukih Tolak Penambangan Emas Ilegal di Hutan Adat Kalimantan Tengah
- Cegah Tragedi Berulang, Kementerian PU Periksa Struktur Bangunan Dua Pesantren Besar di Jatim
- Survei Litbang Kompas: 71,5 Persen Puas dengan Kinerja Kementan
- Pertamina Wujudkan Transformasi Bisnis Berkelanjutan Melalui BBM Ramah Lingkungan
- Merawat Tradisi Penyembuhan Dayak Taboyan: Jaga Keseimbangan Alam, Roh, dan Manusia
- Mantan Bos BEI Minta Purbaya Jelaskan Definisi Saham Gorengan
- Israel Disebut Akan Tarik Mundur Pasukan Sepenuhnya Dari Gaza Dalam 24 Jam
Krisis Politik Prancis dan Jepang Ikut Topang Reli Harga Emas

JAKARTA - Harga emas (XAU/USD) kembali
menjadi primadona pasar keuangan dunia. Pada awal pekan ini, logam mulia
berhasil menembus $3.900 per troy ons dan diperdagangkan di sekitar $3.957,
mencetak rekor baru di tengah kombinasi faktor politik dan ekonomi global. Lonjakan
harga emas ini tidak lepas dari shutdown pemerintah AS yang masih berlanjut,
ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed), serta gejolak
politik di Eropa dan Asia.
Menurut analisis Andy Nugraha, Analis Dupoin Futures Indonesia, sinyal teknikal tetap condong ke
arah bullish. “Indikator candlestick dan Moving Average menunjukkan tren
naik masih dominan. Selama tekanan beli terjaga, emas berpeluang besar menembus
level $4.000,” jelasnya. Namun, Andy juga mengingatkan potensi koreksi
wajar. “Jika harga gagal mempertahankan momentum, support terdekat berada di
area $3.926,” tambahnya.
Faktor utama penggerak reli emas berasal dari Amerika
Serikat. Shutdown pemerintah federal sudah memasuki hari keenam setelah
negosiasi anggaran kembali menemui jalan buntu. Kondisi ini memicu kekhawatiran
pasar karena sejumlah data penting, termasuk laporan ketenagakerjaan, tertunda
publikasinya. Ketidakpastian ini membuat investor memburu emas sebagai aset
aman.
Baca Lainnya :
- Porosbumi.com Lolos 50 Finalis MediaMIND 2025, Perkuat Kontribusi Ekonomi Pertambangan Berkelanjutan0
- Ikhtiar ESG di Pertambangan: Teknologi ReCYN Ramah Lingkungan dan Berdayakan Warga 15 Desa0
- Aplikasi Tring Pegadaian, Membumikan Mimpi Punya Emas Jadi Kenyataan0
- Strategi Bijak Berinvestasi Emas0
- Soft Opening Horison Resort Tulip Puncak Elegance in Culture, Complete in Stay, Harmony in Nature0
Sementara itu, pasar menantikan Risalah Rapat The Fed pada
Rabu (8/10) untuk mencari petunjuk arah kebijakan moneter. Dengan data ekonomi
AS yang melemah, peluang pemangkasan suku bunga semakin besar. CME FedWatch
Tool mencatat probabilitas 95% pemotongan suku bunga 25 basis poin pada
Oktober, serta 83,7% peluang penurunan lagi pada Desember. Ekspektasi kebijakan
dovish ini memperlemah Dolar AS, sehingga memberi ruang lebih bagi emas untuk
menguat.
Ketidakpastian tidak hanya datang dari AS. Dari Eropa,
Perdana Menteri Prancis Sébastien Lecornu mendadak mengundurkan diri kurang
dari sehari setelah mengumumkan kabinet barunya, memperburuk stabilitas politik
di kawasan Euro. Dari Jepang, kemenangan Sanae Takaichi sebagai pemimpin Partai
Demokrat Liberal (LDP) menempatkannya di jalur menuju perdana menteri wanita
pertama. Pasar menilai kepemimpinannya akan mendorong kebijakan fiskal yang
lebih longgar, menekan yen, dan secara tidak langsung meningkatkan daya tarik
emas.
Namun, penguatan emas sempat dibatasi oleh pergerakan Indeks
Dolar AS (DXY) yang naik ke 98,35, level tertinggi dalam dua pekan terakhir.
Meski begitu, pelemahan lanjutan dolar masih mungkin terjadi jika The Fed
mengonfirmasi pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.
Dengan dukungan faktor fundamental dan teknikal, prospek
emas jangka pendek tetap positif. Selama harga bertahan di atas $3.926, potensi
menuju level $4.000 semakin terbuka. Investor disarankan tetap waspada terhadap
volatilitas, namun tren keseluruhan masih jelas condong ke arah bullish.
