- Mendes Buka Serentak 1.000 Musdesus, Susun Proposal Bisnis Untuk Pengajuan Modal ke Himbara
- Indonesia Lumbung Pangan Dunia: Bukan Hanya Beras, Bahan Pokok Lainnya Juga Sudah Tercukupi
- Masyarakat Adat Suku Taa Mendesak Perusahaan Sawit Tinggalkan Wilayah Adat di Sulawesi Tengah
- Seminar Nasional di UNY Bahas Pembaruan Hukum Acara Pidana
- Menteri Kehutanan Bahas Konservasi Badak dan Ekowisata dengan Edge Group dan Dr Niall McCann
- Strategi Bijak Berinvestasi Emas
- LindungiHutan Perkuat Peran Petani dalam Program Penghijauan dan Ketahanan Iklim
- Dari Binus International ke Brisbane: Perjalanan Fannisa Widya Puteri Kuliah Double Degree
- Tonggak Sejarah Medis Tanah Air: Robot Bedah Otak Pertama di Indonesia Hadir di Siloam Hospitals
- 5 Dampak Tak Terduga yang Datang Kalau Konten Kamu Viral
Luas Tutupan Lahan Mangrove di Pesisir Semarang Menurun 10 Tahun Terakhir
.jpg)
BANDUNG –Peneliti Pusat
Riset Iklim dan Atmosfer - Badan
Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Yuliana Susilowati, memaparkan hasil
penelitian terbaru terkait analisis kerentanan ekosistem mangrove di wilayah
pesisir Semarang, Jawa Tengah.
“Analisis temporal
mengungkapkan dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir
terjadi penurunan luas tutupan lahan mangrove di
pesisir Semarang secara signifikan. Kondisi ini menandakan adanya ancaman
serius terhadap fungsi ekologis mangrove, baik sebagai pelindung alami pesisir
maupun sebagai penyimpan karbon biru,” kata Yuliana, pada China-Indonesia Ocean
Atmosphere Training Workshop, bertajuk “Remote Sensing and Machine
Learning Applications in Coastal Habitat Mapping and Vulnerability Analysis”,
Selasa (16/9).
Baca Lainnya :
- Gerakan Koeksistensi Manusia-Gajah: Hari Gajah Sedunia 2025 di Distrik Tongod, Sabah0
- Bedah Buku dan Film Merawat Harapan di Kampung Halaman0
- Masyarakat Adat Suka Menjaga Tradisi Menghadapi Perubahan Iklim0
- 6 Kontainer Keranjang Serat Alam Produk UMKM Kebumen Tembus Pasar New York 0
- KEHATI Rilis Buku Putih Advokasi Keanekaragaman Hayati Indonesia0
Dia menjelaskan, penelitian
ini menggunakan teknologi kecerdasan buatan (artificial inteligence/AI)
serta data citra satelit Sentinel 2 dan Landsat 8, untuk menghasilkan
peta dinamika perubahan lahan mangrove dalam waktu sepuluh tahun terakhir.
Dilakukan pengujian berbagai algoritma kecerdasan buatan, yaitu Minimum
Distance, K-Nearest Neighbor, Classification & Regression Trees
(CART), serta Random Forest.
Selain itu juga digunakan
beberapa alternatif input data, yaitu berupa data citra orisinal Sentinel 2 (band 2,
3, 4, 8) dan Landsat 8 (band 2, 3, 4, 5), serta citra
indeks seperti vegetation index (NDVI), water
index (NDWI), built up index (NDBI), dan mangrove
index (MVI).
Data training dan testing untuk
pengembangan dan validasi model diperoleh dari data sekunder serta data
pengamatan lapangan berupa ground truth check. Selanjutnya, akurasi
hasil pemetaan dievaluasi menggunakan confusion matrix.
“Hasil studi
menunjukkan citra Sentinel 2 mampu menghasilkan peta tutupan
lahan dengan akurasi lebih tinggi dibandingkan Landsat 8, sehingga
menghasilkan peta tutupan mangrove yang lebih akurat dan
memiliki detail spasial yang lebih baik. Dari sisi algoritma, Random
Forest terbukti paling unggul dalam mengklasifikasikan lahan mangrove,” ungkap
Yuliana.
Dengan temuan tersebut,
BRIN menegaskan penerapan kecerdasan buatan untuk analisis citra
satelit menjadi instrumen penting untuk mendukung perencanaan tata ruang
berbasis data, konservasi pesisir, serta pengelolaan karbon biru secara
berkelanjutan.
Melalui penelitian ini,
pihaknya berharap pemetaan mangrove berbasis data citra satelit
dan kecerdasan buatan dapat membantu pemerintah daerah, komunitas lokal,
hingga generasi muda untuk lebih peduli menjaga pesisir. “Mangrove bukan sekadar
pohon, melainkan sumber kehidupan mulai dari penyerap karbon biru, rumah bagi
biota laut, hingga pelindung daratan,” pungkasnya. (cw, mds/ed:kg, tnt)
