Luas Tutupan Lahan Mangrove di Pesisir Semarang Menurun 10 Tahun Terakhir

By PorosBumi 19 Sep 2025, 18:55:55 WIB Lingkungan
Luas Tutupan Lahan Mangrove di Pesisir Semarang Menurun 10 Tahun Terakhir

BANDUNG –Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Yuliana Susilowati, memaparkan hasil penelitian terbaru terkait analisis kerentanan ekosistem mangrove di wilayah pesisir Semarang, Jawa Tengah.

“Analisis temporal mengungkapkan dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir terjadi penurunan luas tutupan lahan mangrove di pesisir Semarang secara signifikan. Kondisi ini menandakan adanya ancaman serius terhadap fungsi ekologis mangrove, baik sebagai pelindung alami pesisir maupun sebagai penyimpan karbon biru,” kata Yuliana, pada China-Indonesia Ocean Atmosphere Training Workshopbertajuk “Remote Sensing and Machine Learning Applications in Coastal Habitat Mapping and Vulnerability Analysis”, Selasa (16/9).



Baca Lainnya :

Dia menjelaskan, penelitian ini menggunakan teknologi kecerdasan buatan (artificial inteligence/AI) serta data citra satelit Sentinel 2 dan Landsat 8, untuk menghasilkan peta dinamika perubahan lahan mangrove dalam waktu sepuluh tahun terakhir. Dilakukan pengujian berbagai algoritma kecerdasan buatan, yaitu Minimum Distance, K-Nearest Neighbor, Classification & Regression Trees (CART), serta Random Forest.

Selain itu juga digunakan beberapa alternatif input data, yaitu berupa data citra orisinal Sentinel 2 (band 2, 3, 4, 8) dan Landsat 8 (band 2, 3, 4, 5), serta citra indeks seperti vegetation index (NDVI), water index (NDWI), built up index (NDBI), dan mangrove index (MVI).

Data training dan testing untuk pengembangan dan validasi model diperoleh dari data sekunder serta data pengamatan lapangan berupa ground truth check. Selanjutnya, akurasi hasil pemetaan dievaluasi menggunakan confusion matrix.

“Hasil studi menunjukkan citra Sentinel 2 mampu menghasilkan peta tutupan lahan dengan akurasi lebih tinggi dibandingkan Landsat 8, sehingga menghasilkan peta tutupan mangrove yang lebih akurat dan memiliki detail spasial yang lebih baik. Dari sisi algoritma, Random Forest terbukti paling unggul dalam mengklasifikasikan lahan mangrove,” ungkap Yuliana.

Dengan temuan tersebut, BRIN menegaskan penerapan kecerdasan buatan untuk analisis citra satelit menjadi instrumen penting untuk mendukung perencanaan tata ruang berbasis data, konservasi pesisir, serta pengelolaan karbon biru secara berkelanjutan.

Melalui penelitian ini, pihaknya berharap pemetaan mangrove berbasis data citra satelit dan kecerdasan buatan dapat membantu pemerintah daerah, komunitas lokal, hingga generasi muda untuk lebih peduli menjaga pesisir. “Mangrove bukan sekadar pohon, melainkan sumber kehidupan mulai dari penyerap karbon biru, rumah bagi biota laut, hingga pelindung daratan,” pungkasnya. (cw, mds/ed:kg, tnt)

 




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment