- Pandutani Jajaki Kerja Sama dengan Perusahaan Eskavator Terbesar Asal China, PT Sany Perkasa
- JPO I Gusti Ngurah Rai Meningkatkan Kenyamanan Penumpang dan Aksesbilitas Bandara
- Menko AHY Dorong Digitalisasi dan Optimasi Bandara
- Menkop Resmikan Destinasi Wisata Bukit Manik Indonesia di Bogor
- Kemenkop Siap Fasilitasi Gakoptindo Jalin Kerja Sama dengan BGN Untuk Masuk Program MBG
- Mendes: Tidak Boleh Kurang, 20 Persen Dana Desa Digunakan Untuk Ketahanan Pangan
- Kejar Swasembada Pangan, Mentan dan Kapolri Tanam Jagung Serentak 1 Juta Hektare di 19 Provinsi
- Laporan Konflik Agraria Sepanjang 2024
- BRIN dan IRD Prancis Teliti Dampak Perikanan Rumpon Tuna Sirip Kuning
- Rekor Baru Bitcoin: Imbas dari Pelantikan Donald Trump?
Mengubah Sampah Jadi Berkah
INDONESIA dengan populasi yang
terus bertambah masih menghadapi tantangan besar dalam hal pengelolaan sampah.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), timbunan sampah nasional mencapai 64
juta ton per tahun, dengan sekitar 12 persen atau 7,68 juta ton merupakan sampah
plastik. Sampah plastik ini menjadi perhatian khusus karena dampaknya terhadap
lingkungan dan kesehatan.
Menghadapi tantangan seperti itu, Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Hanif Faisol Nurofiq mengajukan satu pendekatan baru.
"Indonesia perlu mengembangkan industrialisasi pengelolaan sampah,"
ujar Menteri Hanif seusai Rapat Koordinasi Nasional Pengelolaan Sampah Tahun
2024 bersama para kepala daerah di Jakarta, Kamis (12/12/2024).
Pendekatan baru yang dimaksud Hanif bertujuan mengubah
sampah menjadi sumber daya yang bernilai ekonomi, sejalan dengan prinsip
ekonomi sirkular. Kenapa? Karena mengelola sampah itu membutuhkan teknologi,
membutuhkan manajemen, memerlukan human resources, jadi harus dilakukan secara
profesional dan modern.
Baca Lainnya :
- Eksplorasi Alam Semesta0
- Desa dan Bank0
- Dicari, Periset Ekspedisi Biodiversitas di Kalimantan0
- Petani: Berita dan Puisi0
- Menko AHY Pastikan Semua Elemen Siap Layani Masyarakat Selama Libur Nataru0
Industrialisasi pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan mengembangkan fasilitas
pengolahan sampah yang menerapkan penggunaan teknologi ramah lingkungan dan
rendah emisi disertai pengelolaannya yang dilakukan secara profesional.
Dalam kesempatan Rapat Koordinasi Nasional Pengelolaan
Sampah Tahun 2024 bersama para kepala daerah, KLH/BPLH juga mendorong dan
mendukung sepenuhnya upaya-upaya kepala daerah dan jajarannya untuk mengubah
pola pengelolaan sampah di daerahnya masing-masing, serta melakukan
pendekatan-pendekatan, langkah riil dan nyata yang penting.
Saat ini, salah satu yang dikembangkan adalah mengubah
sampah menjadi energi. Dengan menggunakan teknologi refuse derived fuel (RDF),
sampah anorganik diolah menjadi bahan bakar alternatif di berbagai industri.
Industrialisasi Sampah
Dalam skenario besar pengelolaan sampah Indonesia, sejalan
dengan skenario jangka panjang pemerintah untuk melakukan zero waste zero
emission, RDF menjadi komponen penting. Ada 12 provinsi di tanah air yang
menuangkan pengolahan sampah dengan RDF, karena dinilai mampu mengurangi
tumpukan sampah dan mendorong pemanfaatan sampah menjadi sumber energi
alternatif.
Indonesia sudah memiliki potensi off-taker atau pengguna,
termasuk industri semen yang tersebar di 31 kota/kabupaten di 15 provinsi dan
PLTU di 47 kota/kabupaten di 26 provinsi. Potensi off-taker RDF lain adalah
industri pupuk di tujuh kota/kabupaten di lima provinsi, industri kertas dan
pulp di 31 kota/kabupaten di tujuh provinsi dan industri tekstil 34
kota/kabupaten di tiga provinsi.
Adapun langkah-langkah untuk industrialisasi pengelolaan
sampah bisa dilakukan sebagai berikut:
-
Pengembangan fasilitas daur ulang: Pemerintah
mendorong pendirian pabrik daur ulang, khususnya untuk sampah plastik. Dalam
catatan Hanif, 12 persen dari 30--40
juta ton timbunan sampah harian di Indonesia adalah plastik. Dengan mendaur
ulang, diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada tempat pembuangan akhir
(TPA).
-
Penerapan teknologi modern: Metode seperti
sanitary landfill diperkenalkan untuk menggantikan praktik open dumping. Dalam
metode ini, sampah ditumpuk, dipadatkan, dan ditimbun di lokasi cekung,
mengurangi risiko pencemaran lingkungan.
-
Kolaborasi dengan sektor swasta: Pemerintah
bekerja sama dengan perusahaan dalam pengelolaan sampah. Hanif menegaskan bahwa
keberadaan perusahaan daur ulang plastik membantu negara mengurangi sampah
hingga 12 persen.
-
Peningkatan kesadaran masyarakat: Kampanye
nasional, seperti Gerakan Nasional Pilah Sampah dari Rumah diluncurkan untuk
mendorong masyarakat memilah sampah sejak dari sumbernya.
Capaian Pengolahan Sampah 2024
Menurut Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional
(SIPSN), pada 2023, dari total timbulan sampah sebesar 40,2 juta ton per tahun,
sekitar 60,4 persen telah terkelola, sementara itu 39,6 persen sisanya belum
terkelola. Data ini menunjukkan peningkatan dalam pengelolaan sampah, meskipun
masih ada ruang untuk perbaikan.
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, tantangan tetap
ada. Sebagian besar desa/kelurahan di Indonesia belum memiliki tempat
pembuangan sampah keluarga yang layak, sehingga 70,50 persen warga membuang
sampah dengan cara dibakar atau ke lubang. Selain itu, impor sampah masih
menjadi isu yang perlu ditangani.
Hanif menyatakan, kementeriannya akan mengkaji potensi
penghentian impor sampah untuk mendorong pengelolaan sampah domestik yang lebih
baik. Dengan komitmen pemerintah dan partisipasi aktif masyarakat,
industrialisasi sampah di Indonesia diharapkan dapat terus berkembang. Tidak
hanya akan mengurangi dampak negatif sampah terhadap lingkungan, transformasi
itu juga menciptakan peluang ekonomi baru, menuju Indonesia yang lebih bersih
dan berkelanjutan.
Penulis: Dwitri Waluyo, Redaktur: Ratna
Nuraini/Taofiq Rauf, Sumber: Indonesia.go.id