- Revisi UU 41 Tahun 1999 Angin Segar Bagi Tata Kelola Kehutanan Indonesia
- Kepala BP Taskin: Desa Membantu Pengentasan Kemiskinan Lebih Kontekstual Berbasis Budaya
- Mudik Gratis PLN Bersama BUMN Dibuka, Begini Cara Daftarnya di Aplikasi PLN Mobile!
- FAST Tel-U Dukung Astacita Pendidikan Tinggi
- PB POSSI Kirim 4 Wasit ke Thailand, Tingkatkan Kualitas Freediving Indonesia
- AHY: Pengembangan Rempang Eco-City Harus Inklusif dan Berorientasi Pada Kesejahteraan Masyarakat
- NFA Dorong Keanekaragaman Konsumsi Pangan Lokal untuk Ketahanan Gizi Nasional
- Presiden Prabowo Resmikan 17 Stadion Berstandar FIFA di Berbagai Daerah Indonesia
- AHY: Infrastruktur Berkelanjutan, Kunci Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan
- Fishipol Universitas Negeri Yogyakarta Luncurkan Buku Eulogi untuk Prof Supardi
Momofuku Ando, Penemu Mi Instan yang Tak Lelah Bereksperimen Demi Menjaga Mutu

PENEMU mi instan ini adalah
pendiri Nissin Food Product, sebuah perusahaan mi instan asal Jepang. Usaha itu
bermula saat Jepang mengalami krisis pangan akibat Perang Dunia II. Momofuku
Ando lalu tergerak untuk menciptakan ramen yang bisa dimakan di mana dan kapan
saja.
Momofuku Ando memiliki nama asli GPeh-hok. Ia lahir pada 5
Maret 1901 di Chiayi, Taiwan. Orang tuanya meninggal saat Ando berumur 3 tahun.
Maka ia pun dibesarkan oleh neneknya. Dia harus membantu neneknya mengurusi
rumah. Dia harus menjaga toko, mencuci pakaian dan memasak. Hasilnya positif,
ia menjadi pintar memasak, namun sekolahnya malah terlantar.
Profesi sebagai pedagang adalah impiannya. Harta peninggalan
orang tuanya pun digunakan untuk mendirikan perusahaan serat bernama Toyo
Meias, saat ia berusia 22 tahun. Pada waktu itu, perusahaan dagang yang menjual
barang hasil rajutan masih sedikit.
Baca Lainnya :
- Edukasi Budaya dan Norma Sosial Cegah Kekerasan Seksual di Lokasi Bencana0
- Krisis Ekologi dan ”Bla Bla Bla” Elite0
- Bahasa (di) Indonesia0
- Premanisme Oknum Ormas Hambat Investasi, Kadin Desak Reformasi Sistem dan Penindakan Tegas0
- Selain Makan Siang Gratis, Prabowo Hadirkan Cek Kesehatan Gratis0
Dalam usahanya mengembangkan bisnis, perusahaan
barang-barang rajutan bernama Nito Shokai didirikannya pada tahun 1933 di
Osaka, Jepang. Usahanya terbilang maju ia pun kembali ke bangku sekolah untuk
meneruskan pendidikan yang sempat terbengkalai.
Sambil memperluas usaha di bidang ekspor impor bahan rajutan
serta produksi alat alat optika dan instrumen presisi, ia kuliah di program
magister Universitas Ritsumeikan. Ando pernah berusaha di bidang pabrik
pembuatan suku cadang pesawat terbang. Tapi ia dituduh menjual suku cadang di
pasar gelap.
Tuduhan itu membuatnya dijebloskan ke penjara selama dua
tahun. Ia pun sempat disiksa polisi militer hingga meninggalkan bekas. Tahun
1956 ia dibebaskan, namun satu-satunya harta yang tertinggal hanya rumah.
Serangan udara semasa Perang Dunia II membuat kantor dan pabriknya hancur.
Namun Ando tak menyerah.
Di Izumiotsu, Osaka, ia memulai usaha barum pembuatan garam
dapur. Ia bermaksud memberi pekerjaan para mantan tentara yang terkena
demobilisasi. Ia khawatir para mantan tentara akan melakukan kejahatan jika
terus menganggur.
Mereka kemudian dipekerjakan membuat garam dengan teknik
yang tak umum. Air laut dialirkan ke plat-plat besi yang dijajarkan di pantai.
Chukososha adalah nama perusahaan garam yang didirikannya pada 1948.
Setelah Jepang kalah perang, negara tersebut mengalami
kesulitan bahan makanan, hingga perlu menerima bantuan gandum dari Amerika
Serikat. Harga terigu menjadi murah. Pemerintah Jepang pun rakyatnya
mengonsumsi roti dan terigu sebagai pengganti nasi.
Melihat hal itu Ando bertamu ke Kementrian Kesejahteraan.
Dalam pertemuan dengan pejabat kementrian itu, Ando mengutarakan keprihatinan
orang Jepang yang kurang gizi karena hanya makan roti tanpa isi bersama air
teh. Dia mengusulkan agar kementrian mempromosikan mi, karena mi adalah budaya
Asia Timur.
Kepala seksi di Kementerian Kesejahteraan menolak usul
tersebut. Ia berdalih teknik produksi massal dan jalur distribusi untuk mi
belum ada sehingga roti lebih diutamakan. Dengan setengah meremehkan, Ando
dimintanya untuk meneliti dan mengampanyekan sendiri budaya mi. Ando marah
usulnya disepelekan, namun di kemudian hari ketika mengingat peristiwa itu,
timbul keinginannya untuk menciptakan mi instan.
Tak lama setelah itu, seorang kenalan memintanya agar mau
dijadikan sebagai ketua koperasi simpan pinjam. Walaupun sudah menolak dengan
alasan tak berpengalaman di bidang lembaga keuangan, Ando akhirnya menerima
jabatan tersebut.
Pada tahun 1957, koperasi yang dipimpinnya bangkrut. Sebagai
ketua, Ando memiliki kewajiban tak terbatas dan harus melunasi utang yang
menghabiskan semua usaha miliknya. Harta milik yang tersisa hanya sebuah rumah
di Ikeda, Prefektur Osaka.
Ando tergerak memulai usaha baru setelah teringat pernah
melihat orang-orang rela antre di depan tukang mi untuk makan semangkuk ramen
panas. Pada tahun 1957 di halaman rumah didirikannya sebuah gubuk kayu untuk
dipakai sebagai ruang kerja membuat mi. Ando sudah berumur 47 tahun ketika
memulai kembali usaha dari nol. Ia ingin membuat mi kering yang dapat segera
dimakan di rumah, cukup hanya diseduh air panas.
Ia juga ingin mi buatannya praktis dan tahan lama. Bumbu dan
kaldu sudah dicampurnya ke dalam mi (tidak dalam bungkus terpisah) hingga orang
tidak perlu repot mencampur bumbu sendiri. Setelah berhasil membuat mi berbumbu
seperti keinginannya, Ando mencari teknik mengeringkan mi melalui uji coba,
namun semuanya gagal.
Sementara bereksperimen membuat mi, kondisi keuangan
keluarga makin buruk. Koki putra keduanya, dijadikan bahan ejekan oleh
teman-teman sebaya yang mengatakan ayahnya sedang berusaha membuat mi mustahil.
Meskipun demikian, istri dan anak-anaknya tetap percaya Ando
akan berhasil. Ketika hampir putus asa karena tidak juga menemukan cara
mengeringkan mi, Ando kebetulan melihat istrinya sedang menggoreng Tempura. Ia
akhirnya mendapat ide mengeringkan mi dengan cara digoreng.
Pada 25 Agustus 1958, Andi meluncurkan produk mi instan yang
disebutnya Chiken Ramen (Chikin Ramen). Kuah mi dibuat dari sup kaldu ayam. Mi
hanya perlu diletakkan di dalam mangkuk dan disiram air panas sebelum dimakan.
Harga Chicken Ramen terbilang mahal untuk ukuran waktu itu. Satu bungkus dijual
dengan harga ¥35. Namun produk mi buatannya praktis sebagai makanan cepat dan
langsung populer.
Pada Desember tahun yang sama, bentuk perusahaan diubahnya
menjadi PT Nissin Shokuhin Kabushikigaisha. Pengalaman melunasi utang koperasi
simpan-pinjam yang bangkrut membuat perusahaan dijalankannya dengan kebijakan
bebas utang. Pada 1963, saham Nissin Foods akhirnya mulai diperjualkan di bursa
saham Tokyo dan bursa saham Osaka.
Ando awalnya tidak mendaftarkan paten dan merek dagang untuk
Chicken Ramen. Akibatnya, kesuksesan Chicken Ramen diikuti pengusaha lain yang
membuat mi instan kualitas rendah dan barang tiruan. Ando melakukan tuntutan di
pengadilan karena ingin menjaga kepercayaan masyarakat atas mi produksi
perusahaannya.
Pada tahun 1961, Chicken Ramen diterima sebagai merek dagang
terdaftar, dan hak paten pembuatan mi instan diterima pada tahun berikutnya.
Pada waktu itu ada 113 produsen mi instan yang melanggar dan mendapat
peringatan. Walaupun dirinya tidak mengizinkan adanya mi instan kualitas rendah
dan barang palsu, Ando tidak berniat memonopoli produksi mi instan. Ia justru
berkeinginan memopulerkan mi instan dari Jepang ke seluruh dunia.
Asosiasi Industri Ramen Jepang (sekarang Asosiasi Industri
Makanan Praktis Jepang atau Japan Convenience Food Industry Association,
disingkat JCFIA) didirikan pada tahun 1964. Hak paten mi instan diberikannya
kepada asosiasi untuk dipakai seluruh anggota yang terdiri dari para produsen
mi instan.
Asosiasi menetapkan pedoman untuk kompetisi yang adil dan
kualitas produk, termasuk industri paling awal yang memenuhi kualitas Japan
Agricurtural Standart, dan pencantuman tanggal produksi dalam kemasan. Pada
1997, JCFIA membentuk Asosiasi Produsen Ramen Internasional. Ando menjabat
ketua pertama dari gabungan produsen industri mi instan Jepang dan sembilan
negara lainnya di dunia.
Usahanya lewat mi instan pun semakin berkembang. Meski mi
instan laris manis, ia tak bosan-bosan bereksperimen untuk terus memperbaiki
mutunya. Bahkan, ada keinginan memperkenalkan dan menjualnya hingga ke luar
negeri. Untuk menjajaki kemungkinan itu, ia pergi berkeliling Eropa dan Amerika
pada tahun 1966.
Di sana ia melihat orang makan mi dengan garpu, tanpa kuah,
dan memakai piring, karena menyeruput mi dianggap tidak sopan. Lalu Ia juga
mengamati ada kaldu yang bisa dilarutkan dengan air panas, tanpa harus dimasak.
Ada gelas kertas sekali pakai, dan juga kertas aluminium sebagai wadah kedap
udara.
Ando pun mendapat ilham kembali untuk membuat mi instant
dalam wadah berbahan stereo foam, yang lantas ditutup rapat dengan lembaran
aluminium foil. Mi gelas itu tidak perlu dimasak, cukup diseduh. Supaya tidak
hancur terkocok-kocok, mi dibuat lebih tebal, disediakan pula garpu untuk
memakannya.
Pabrik Nissin pertama di luar negeri dibuka di California
pada tahun 1970. 18 September 1971, Nissin meluncurkan produk Cup Noodles
sebagai mi instan dalam gelas polistirena yang pertama di dunia. Setelah mulai
diterima publik Amerika Serikat, penjualan Cup Noodles diperluas ke seluruh
dunia.
Pada Februari 1972, televisi Jepang meliput secara langsung
peristiwa penyanderaan di sebuah vila oleh kelompok sayap kiri Jepang. Pemirsa
menyaksikan polisi huru hara sedang dikerahkan untuk mengakhiri drama
penyanderaan.
Di tengah cuaca dingin di atas gunung bersalju, pemirsa
menyaksikan sekelompok polisi sedang makan sesuatu yang hangat dari gelas.
Pemirsa ingin tahu makanan apa yang sedang dimakan para polisi, dan setelah
tahu, Cup Noodle langsung menjadi produk laris.
Tahun 1982, Ando menerima anugerah Oeders of The Sacred
Treasure kelas II dari Pemerintah Jepang. Ando mengundurkan diri sebagai ketua
dewan direksi pada 29 Juni 2005. Dia menerima jabatan kehormatan sebagai ketua
pendiri. Ando kemudian meninggal dunia pada 5 Januari 2007 karena gagal jantung
di Prefektur Osaka pada usia 96 tahun
Buat Museum Mi Instan dan Mi Luar Angkasa
November 1999, Ando membuka museum Mi Instan Momofilu Ando
di Ikeda, Osaka. Pengunjungnya mendapat kesempatan membuat sendiri Chicken
Ramen dan diajari membuat mi mulai dari memberi bumbu, mengukus dan
mengeringkan mi dengan cara menggoreng.
Dalam museum dibangun replika gubuk tempat Ando
bereksperimen membuat mi. Pengunjung dapat membuat Cup Noodle unik sesuai
keinginan. Mulai dari mendesain gelas mi dan mengisinya dengan lauk dan bumbu
yang dipilih sendiri.
Tahun 2001, Nissin dan Badan Penjelajahan Antariksa Jepang
mengembangkan produk mi instan dalam kemasan hampa udara bernama Space Ram
untuk dimakan di luar angkasa. Juli 2005 Space Ram dimakan oleh antariksawan
Jepang, Soichi Noguchi ketika berada di pesawat ulang alik Diacovery. Mi luar
angkasa hanya perlu diseduh air hangat bersuhu 70 derajat.
