- OJK Akan Tata Ulang Perijinan Perusahaan Gadai
- Jadi Pembina Kawasan Sungai Cipinang, MIND ID Komitmen Dukung Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan
- Wujudkan Ekonomi Kerakyatan, MIND ID Dorong 10.000 UMK Naik Kelas
- Masyarakat Adat Masukih Tolak Penambangan Emas Ilegal di Hutan Adat Kalimantan Tengah
- Cegah Tragedi Berulang, Kementerian PU Periksa Struktur Bangunan Dua Pesantren Besar di Jatim
- Survei Litbang Kompas: 71,5 Persen Puas dengan Kinerja Kementan
- Pertamina Wujudkan Transformasi Bisnis Berkelanjutan Melalui BBM Ramah Lingkungan
- Merawat Tradisi Penyembuhan Dayak Taboyan: Jaga Keseimbangan Alam, Roh, dan Manusia
- Mantan Bos BEI Minta Purbaya Jelaskan Definisi Saham Gorengan
- Israel Disebut Akan Tarik Mundur Pasukan Sepenuhnya Dari Gaza Dalam 24 Jam
Sepenggal Ikhtiar Membumikan Energi Hijau Terbarukan ke Pelosok Negeri

Keterangan Gambar : Panel surya menjadi salah satu energi terbarukan non fosil yang kini terus dikembangkan pemerintah. (dok PLN)
Wahyono, Jurnalis Porosbumi
Syahdan, warga Desa Muara Enggelam
di Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur kini bisa bernapas lega. Suasana kampung yang selama ini selalu diselimuti kegelapan sepanjang
malam, kini sudah beranjak pergi. Dulu warga menghabiskan malam hanya
diterangi lampu dua jam sehari dari genset diesel yang boros bahan bakar nan berisik suaranya. Tapi kehadiran panel surya komunal di atap-atap rumah warga merubah semuanya. Panel surya 45 kWp yang dikelola
BUMDes mampu menyediakan listrik 24 jam untuk 160 rumah.
Anak-anak juga ceria karena sudah tidak khawatir lagi untuk belajar hingga
larut karena nihilnya penerangan yang memadai. Warga yang memiliki usaha kecil seperti toko kelontong juga bisa tersenyum karena tetap bisa buka
hingga malam bahkan pagi karena sudah dimanjakan dengan penerangan listrik dari panel surya.
Baca Lainnya :
- Pertamina Pimpin Transisi Energi, Kembangkan Green Hydrogen di Indonesia 0
- Manfaatkan PLTS, Desa Energi Berdikari di Karawang Tingkatkan Ekonomi Petani 0
- Inovasi Superkapasitor Berbasis Biomassa Sawit Dorong Transisi Energi Bersih0
- Menakar Hilirisasi MIND ID, Mengukuhkan Nilai Tambah dan Dampak Ekonomi Keberlanjutan0
- Energi Bersih Aliri 25 Hektare Lahan Pertanian Berkelanjutan Milik Warga Desa Kalijaran0
Kisah tentang
manfaat energi terbarukan juga dituliskan warga Dusun Bondan, Desa Ujungalang,
Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Kampung
yang berbatasan dengan lautan Segara Anakan di Pantai Selatan itu selama ini selalu
didekap kegelapan dengan hanya mengandalkan lilin dan lampu minyak sebagai alat penerangan ketika
malam. Hingga akhirnya tahun 2017, kabar bahagia itu menghampiri 242 jiwa warga dari 37 KK yang menghuni Dusun Bondan. Berkat program Energi Mandiri Tenaga Surya dan
Angin (Emas Bayu), warga bisa menikmati penerangan bersumber dari energi terbarukan berupa lima kincir angin dan 24 panel surya berkapasitas 12.000 WP. Kini, listrik
mengalir lancar selama 24 jam ke rumah, masjid, dan sekolah.
Di ujung timur nusantara,
tepatnya di Kabupaten Puncak Papua, cerita kehadiran energi terbarukan yang
membawa manfaat bagi masyarakat juga terus berlanjut. Aktivitas warga desa yang ketika malam ‘berhenti
berdenyut’ karena kegelapan, sekarang sudah tidak ada lagi. Semua berubah sejak Pembangkit
Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) 700 kW (dua unit 350 kW) diresmikan di warsa 2019. PLTMH merupakan pembangkit listrik skala
kecil dengan memanfaatkan aliran air untuk memutar turbin dan menghasilkan
listrik. Menelan biaya sekitar Rp99 miliar, PLTMH ini sukses
menyediakan listrik selama 24 jam sehingga warga di Puncak Papua tak lagi bergantung pada genset
diesel yang acapkali mogok.
Kondisi yang dialami warga kampung Muara
Enggelam, Dusun Bondan dan warga Puncak di atas hanya bagian kecil dari ikhtiar
perjuangan Indonesia menuju kedaulatan energi hijau – sebuah akselerasi yang
tak hanya menjanjikan masa depan berkelanjutan, tapi juga memperkuat fondasi
bangsa yang mandiri dan tangguh di bidang energi. Kehadiran panel surya warga
Muara Enggelam dan Dusun Bondan juga menjadi bukti bahwa akselerasi energi
hijau yang kini terus dimasyarakatkan adalah salah satu jalan menuju kedaulatan
energi. Dalam konteks akselerasi menuju energi hijau berkelanjutan itu,
kontribusi dan peran PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menjadi salah satu
elemen penting di dalamnya. Mengusung tema besar "Energi Berdaulat untuk
Indonesia Kuat", sub-tema "Akselerasi Energi Hijau untuk Masa Depan
Berkelanjutan", upaya menghadirkan kebutuhan energi terbarukan dan
berkelanjutan menjadi target PLN dan stake holders lain di hari hari ini dan masa depan.
Jajaran PLN menyadari,
sebagai negeri kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki potensi energi
terbarukan (EBT) melimpah – dari sinar matahari yang melimpah hingga panas bumi
di cincin api Pasifik. Dengan kondisi tersebut dan juga untuk melakukan
antisipasi dan mitigasi terhadap kemungkinan habisnya energi berbahan
fosil, maka upaya transisi saat ini bukan
lagi opsi, melainkan sebuah keharusan bagi bangsa ini.
Dengan populasi lebih
dari 270 juta jiwa dan ketergantungan 60% pada batu bara untuk listrik,
Indonesia menghadapi ancaman perubahan iklim yang nyata: banjir rob di Jakarta,
kekeringan di Jawa, dan hilangnya lahan pertanian akibat naiknya permukaan air
laut. Namun, di balik tantangan itu, ada cerita sukses yang menginspirasi –
dari inisiatif komunitas hingga inovasi entrepreneur – yang membuktikan bahwa
energi hijau bisa menjadi pilar kekuatan nasional.
PLN
dan Narasi Kedaulatan Energi Berkelanjutan
Indonesia telah lama
menjadi raksasa energi fosil. Pada 2024, batu bara menyumbang 62% dari total
kapasitas pembangkit listrik nasional, sementara EBT hanya mencapai 13,5%.
Target ambisius pemerintah dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) adalah mencapai
23% bauran EBT pada 2025, termasuk kontribusi dari sektor transportasi dan
industri. Terkait bauran energi ini dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik (RUPTL) 2025-2034, PLN menargetkan penambahan 69,5 gigawatt (GW)
kapasitas baru, dengan 76% berasal dari sumber terbarukan – terutama surya dan
hidro menujukkan perkembangan positif.
Ini menandakan akselerasi
pada Mei 2025, kapasitas surya terpasang nasional telah melebihi 1 GW, didorong
oleh program rooftop solar di tingkat provinsi. Statistik ini bukan deretan
angka semata. Laporan Climate Change Performance Index (CCPI) 2025 menempatkan
Indonesia berada dalam jalur yang tepat dengan berada di peringkat sedang
sebagai negara yang menjalankan transisi energi. Salah satu ikhtiar Indonesia
yang menuai apresiasi dalam hal ini adalah penerapan insentif kendaraan listrik
yang berhasil mendorong adopsi EV mencapai 100.000 unit pada tahun 2024.
Di tengah hiruk-pikuk
transisi energi global, keberadaan PT PLN sebagai tulang punggung sistem
kelistrikan Indonesia tidak bisa dinegasikan dalam narasi besar penerapan energi
terbarukan yang berkelanjutan. Sebagai BUMN tunggal yang mengelola penyediaan
tenaga listrik nasional, PLN bukan hanya penjaga kestabilan pasokan listrik
bagi 270 juta jiwa, tapi juga arsitek utama visi "Energi Berdaulat untuk
Indonesia Kuat". Sebagai turunan
dari narasi besar ini, PLN memiliki peran krusial dari merancang Rencana Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 hingga memimpin proyek-proyek
inovatif seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Cirata.
Sejak berdiri pada 1945,
PLN telah berevolusi dari operator listrik konvensional menjadi agen perubahan
iklim. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan menempatkan
PLN sebagai penjamin ketersediaan, keterandalan, dan kesetaraan akses listrik.
Kini, dalam era Net Zero Emission (NZE) 2060, peran ini meluas ke akselerasi
energi baru terbarukan (EBT). PLN bertanggung jawab atas 100% rasio
elektrifikasi nasional, yang pada 2024 telah mencapai 99,9%, termasuk
elektrifikasi 20.000 desa terpencil melalui program "Electrifying the Last
Mile".
Secara strategis, PLN
memimpin implementasi Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan RUPTL, dokumen
blueprint 10 tahunan yang mengintegrasikan target EBT. RUPTL 2025-2034, yang
disahkan Menteri ESDM pada Mei 2025, menjadi manifesto PLN untuk kedaulatan
energi: menargetkan penambahan kapasitas 69,5 gigawatt (GW) hingga 2034, dengan
76% atau sekitar 52,8 GW dari sumber hijau seperti surya (17,1 GW), hidro (15
GW), dan panas bumi (7 GW). Ini sejalan dengan komitmen Just Energy Transition
Partnership (JETP) senilai US$ 20 miliar, di mana PLN berperan utama dalam
pensiun dini 5 GW Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara dan
pembangunan transmisi hijau.
RUPTL 2025-2034 adalah
jantung kontribusi PLN. Dokumen ini menargetkan bauran EBT mencapai 23% pada
2025 (meski revisi KEN menurunkannya ke 17-19% akibat keterlambatan), naik
menjadi 42,6 GW pada 2034 – hampir tiga kali lipat dari 13,5% saat ini. Fokus
utama: surya dan hidro sebagai backbone, dengan tambahan waste-to-energy (WtE)
452,7 MW untuk mengelola 33,8 juta ton sampah tahunan. Revisi Perpres No.
35/2018, yang diintegrasikan ke RUPTL, mempermudah proyek WtE dengan tarif
tetap USD 20 sen/kWh, mendukung transisi sambil mengurangi emisi metana.
Secara kuantitatif, PLN
telah menambah 1,2 GW EBT pada 2024-2025, termasuk 145 MW PLTS Cirata – PLTS
terapung terbesar di Asia Tenggara di Waduk Cirata, Jawa Barat. Proyek ini yang
beroperasi penuh sejak Juni 2024, menghasilkan 185 juta kWh per tahun, setara
listrik untuk 40.000 rumah tangga, dan mengurangi emisi CO2 98.000 ton. Cirata
bukan hanya simbol; ia menjadi model replikasi untuk 10 PLTS terapung lain di
waduk nasional, berkontribusi pada target 100 GW surya Presiden Prabowo.
Pekerjaan Rumah Menuju Net Zero 2060
Namun ikhtiar bangsa ini
untuk mengakselerasi energi terbarukan yang berkelanjutan tetap menyimpan
tantangan sekaligus harapan. Tembok tantangan itu antara lain berupa subsidi
energi berbahan fosil yang mencapai Rp200 triliun per tahun, sementara
investasi EBT hanya Rp50 triliun. Persis dalam konteks inilah, kedaulatan
energi hijau berperan. Dengan memanfaatkan sumber daya lokal seperti surya
(potensi 3.000 GW) dan panas bumi (29 GW), Indonesia bisa mengurangi impor
minyak dan gas senilai US$ 30 miliar per tahun, sekaligus menciptakan 1,5 juta
lapangan kerja baru hingga 2030, menurut estimasi International Renewable
Energy Agency (IRENA).
Tantangan lain diwanti
wanti Institut for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) lewat laporannya
pada Juni 2025. IEEFA menyebutkan bahwa
meski target 42,6 GW EBT baru hingga 2034 didorong surya, hambatan seperti
regulasi grid dan subsidi fosil masih menghambat. Di X (sebelumnya Twitter),
diskusi tentang co-firing biomassa di PLN Nusantara Power menunjukkan inovasi,
tapi juga kritik atas ketergantungan fosil. Selain itu, proyek panas bumi di
Flores menuai protes komunitas atas dampak lingkungan, seperti yang diungkap
koalisi JATAM pada September 2025.
Namun dibalik kritik yang
ada selalu menghadirkan peluang besar. Hidrogen hijau dari PLTP Kamojang, yang
memproduksi hidrogen pertama di Asia Tenggara sejak Februari 2024, kini keberadaan
mampu mendukung stasiun pengisian di Senayan. Program Green Hero 'Aisyiyah di
Jawa Timur juga membangun kesadaran kolektif, mendorong 1.000 komunitas untuk
beralih ke EBT. Dukungan GIZ dan SETI, sebuah workshop manajemen energi pada
Oktober 2025 diharapkan akan meningkatkan kapasitas industri.
Mengusung target net zero
2060, pada gilirannya Indonesia bukan saja bisa menjadi powerhouse hijau Asia,
tetapi harus mampu menciptakan ekonomi inklusif berbasis energi hijau berkelanjutan
dan juga keseimbangan kelestarian lingkungan. Bangsa ini kuat bukan karena
energi fosil yang rapuh, tapi jutsru bisa lestari dengan transisi energi hijau
abadi yang konsisten dan serius diterapkan. Transisi ini membutuhkan kolaborasi
dan kerjasama semua stake holder mulai dari pemerintah, pelaku bisnis, dan
semua komunitas masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan mimpi energi berdaulat.
Masa depan energi berkelanjutan bukan utopia jauh mengawang-awang, tetapi adalah
realitas yang sedang dibangun dan dihadirkan dengan keyakinan dan komitmen
bersama. Belajar dari kisah warga Kampung Muara Enggelam Kaltim, Dusun
Bondan Jateng dan Puncak Papua yang menikmati energi terbarukan, memberi bukti bahwa
ikhtiar bangsa ini menerapkan transisi energi terbarukan bukanlah pepesan
kosong.
Sumber
tulisan
·
Muara Enggelam, Desa “Role Model” PLTS
Komunal di Kalimantan Timur (16 Agustus 2023) - Mongabay.co.id
·
Ketika Desa Terpencil di Kutai Kartanegara
Jadi Role Model Pengelolaan PLTS Komunal (2 Desember 2020) - Liputan6.com
·
Pertamina Kembangkan Pembangkit Hibrida di
Dusun Bondan Cilacap (26 Juni 2024) - AntaraNews.com
·
Dusun Bondan Cilacap Majukan UMKM dengan E-Mas
Bayu dan E-Mbak Mina (26 Juni 2024) - Suara.com
·
Warga Kabupaten Puncak Nikmati Listrik
Mikrohidro (20 Desember 2019) - Kompas.id
·
[PDF] Rencana Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik (RUPTL) PLN 2025-2034 (26 Mei 2025) - Gatrik.esdm.go.id
·
RUPTL 2025-2034: PLN Siap Bangun Green
Super Grid Sepanjang 47.758 kms (3 Juni 2025) - PLN.co.id
·
Isi Lengkap RUPTL PLN 2025–2034 (28 Mei
2025) - SunEnergy.id
·
Potensi RUPTL Nyalakan Ekonomi Indonesia
(10 Juni 2025) - IESR.or.id
·
Indonesia's RUPTL 2025-2034: Fossils First,
Renewables Later (11 September 2025) - EnergyandCleanAir.org
·
Climate Change Performance Index (CCPI)
2025 (20 November 2024) - CCPI.org
·
Just Energy Transition Partnership (JETP)
Indonesia (Diperbarui 2025) - JETP-ID.org
·
[PDF] Realizing Indonesia's Ambitious
Renewable Energy Goals Calls for a New Approach (Juni 2025) - IEEFA.org
·
IEEFA: Kebijakan Terobosan Diperlukan
untuk Percepat Pengembangan Proyek Tenaga Surya (4 Juli 2025) - TanahAir.net
