Tanam Bambu, Konservasi Mata Air, Dirawat Seperti Saudara

By PorosBumi 26 Feb 2025, 14:07:34 WIB Lingkungan
Tanam Bambu, Konservasi Mata Air, Dirawat Seperti Saudara

JAGA tana lino ho’o jaga mata wae dite ata ngasangu wae weku tedeng.” Menjaga bumi ini, menjaga mata air yang menghidupi kita yang disebut mata air abadi.

Pagi itu, di halaman rumah gendang (rumah adat Manggarai), dua tokoh agama Katolik RD Jossy Erot, Ketua PSE Keuskupan Ruteng dan RD Stefanus Sawu, Romo Paroki Narang, Satarmese Barat memberkati bibit bambu dan buah-buahan yang tertata rapi, siap ditanam.


Baca Lainnya :

Bibit itu bagian dari 500 bambu untuk konservasi mata air di beberapa desa di Kecamatan Satarmese Barat di wilayah Paroki Narang. “Weri betong kudut kembus wae teku, mboas wae woang (Menanam bambu untuk kelimpahan air dan kesinambungan sumber mata air),” ungkap RD Josy Erot, saat memulai misa penanaman bambu. 

Sementara bibit buah seperti nangka, durian dan mangga dibagikan untuk warga  mengikuti  penanaman. Selain warga, aparat desa dan tokoh adat, kegiatan ini diikuti oleh petugas Babinsa setempat. “Semua elemen masyarakat kita ajak untuk ikut terlibat,” terang Yos Sudarso, Koordinator Program Yayasan AYO Indonesia. 


Kegiatan penanaman bibit bambu di Waewetu, Desa Terong merupakan kerja sama   Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Ruteng, Yayasan AYO Indonesia didukung oleh Yayasan KEHATI.

“Selain pengembangan pangan lokal, pemberdayaan konservasi mata air menjadi salah satu kegiatan bersama masyarakat dalam bingkai program Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Hayati Lokal,” ungkap Puji Sumedi, Manajer Program Ekosistem Pertanian Yayasan KEHATI.

Menabung Air untuk Anak Cucu

Air menjadi persoalan serius, setidaknya enam mata air yang ada di wilayah Terong.  Sayangnya, debit airnya mulai berkurang. Salah satunya mata air di Waewetu, yang menjadi sumber air utama.  “Mata air ini menghidupi lebih dari 700 kepala keluarga di wilayah desa dan sekitarnya,” ungkap Theodirikus Atong, Kepala Desa Terong.


Sebelum penanaman, tokoh adat atau tua gendang memberikan penghormatan kepada leluhur agar merestui dan turut menjaga tanaman. Menanam bambu menjadi pilihan mengatisipasi kondisi iklim yang berubah. Apalagi, dampaknya sudah terasa.  “Ketersediaan air semakin menipis. Harapannya, dengan meningkatnya vegetasi bambu, debit air di Wae Wetu meningkat,” tambahnya.

Gerakan konservasi mata air akan terus dilakukan. Sebelumnya, penanaman serupa dilakukan bersama siswa sekolah di mata air Wae Ketang, yang menghidupi sekitar 1000 jiwa. Selanjutnya, penanaman akan dilakukan di mata air Wai Waning, dilanjutkan ke Wae Cober sumber air bagi 300 jiwa dan mengairi sawah seluas 25 hektare.


Tepat di tanggal 14 Februari lalu, di hari kasih sayang merupakan perwujudan bentuk kasih sayang kepada semua mahluk. ”Manusia wajib melestarikan pemberian Tuhan dan merawatnya sebagai saudara. Perlu tindakan nyata untuk semua orang bahkan anak cucu dan alam semesta. Konservasi mata air Wae Wetu menjadi tanda kasih sayang yang abadi,” pungkas RD Stephanus Sawu, Pastor Paroki Narang. Kasih sayang tak sekadar kata-kata, namun tetapi harus ada tindakan nyata. (PS)

 




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment