- Revisi UU 41 Tahun 1999 Angin Segar Bagi Tata Kelola Kehutanan Indonesia
- Kepala BP Taskin: Desa Membantu Pengentasan Kemiskinan Lebih Kontekstual Berbasis Budaya
- Mudik Gratis PLN Bersama BUMN Dibuka, Begini Cara Daftarnya di Aplikasi PLN Mobile!
- FAST Tel-U Dukung Astacita Pendidikan Tinggi
- PB POSSI Kirim 4 Wasit ke Thailand, Tingkatkan Kualitas Freediving Indonesia
- AHY: Pengembangan Rempang Eco-City Harus Inklusif dan Berorientasi Pada Kesejahteraan Masyarakat
- NFA Dorong Keanekaragaman Konsumsi Pangan Lokal untuk Ketahanan Gizi Nasional
- Presiden Prabowo Resmikan 17 Stadion Berstandar FIFA di Berbagai Daerah Indonesia
- AHY: Infrastruktur Berkelanjutan, Kunci Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan
- Fishipol Universitas Negeri Yogyakarta Luncurkan Buku Eulogi untuk Prof Supardi
DMC Dompet Dhuafa dan WALHI Luncurkan Program Kawasan Pemulihan Pesisir Pantai Utara Jawa Tengah
.jpg)
SEMARANG — ID Humanity Dompet Dhuafa
melalui Disaster Management Center (DMC) dan Eksekutif Daerah WALHI Jawa Tengah
meluncurkan program Kawasan Pemulihan Pesisir (KPP) di Desa Tambakrejo,
Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, Jawa Tengah, pada Kamis (27/2/2025).
Lokus program KPP di pesisir utara Jawa Tengah ini mencakup
tiga daerah, di antaranya Tambakrejo, Bedono dan Batang. Kawasan pesisir di
tiga daerah tersebut mengalami degradasi lingkungan yang cukup parah akibat
krisis iklim. Keberadaan aktivitas industri dari berbagai perusahaan besar yang
memancang ruang operasi produksinya di kawasan pesisir memperburuk keadaan yang
sudah buruk.
Program KPP ini ditujukan untuk mengatasi persoalan
degradasi lingkungan tersebut, terutama memulihkan ekosistem pesisir, dan
mendorong masyarakat pesisir sebagai terdampak mampu beradaptasi dari perubahan
ruang hidupnya akibat krisis iklim.
Baca Lainnya :
- BMKG Prediksi Hujan Lebat Masih Terjadi Antara 4-11 Maret, Peringatan Dini Perlu Direspons Cepat0
- Dampak Perubahan Iklim, Gletser Antartika yang Meleleh Berpotensi Picu Tsunami0
- Pesan Harmoni dari Sungai Ciliwung di Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional0
- Tanam Bambu, Konservasi Mata Air, Dirawat Seperti Saudara0
- Australia Catat Kematian Pertama Infeksi Otak Akibat Gigitan Nyamuk0
Ahmad Baikhaki, Kepala Bagian Lingkungan DMC Dompet Dhuafa
menjelaskan program KPP ini merupakan bentuk kontribusi dari DMC Dompet Dhuafa
dalam pemulihan ekosistem pesisir yang mengalami krisis iklim dan berdampak
pada kehidupan warga pesisir.
Menurut Baikhaki, krisis iklim punya daya rusak yang sama
besar terhadap kehidupan warga pesisir sebagaimana daya rusak yang disebabkan
bencana alam terhadap kehidupan manusia secara langsung.
“Suatu wilayah yang terdampak krisis iklim punya jenis
bencana yang pelan-pelan terjadi dan kemudian sekian tahun baru terasa, misal
bencana itu seperti banjir rob, abrasi dan lain sebagainya. Kalau di laut itu
misalnya cuaca ekstrem semakin sering terjadi,” ucap Baikhaki dalam acara
peluncuran program KPP.
“DMC Dompet Dhuafa dalam program KPP ini berkontribusi
terhadap pemulihan pesisir utara Jawa. Dalam hal ini kontribusinya ada di aspek
lingkungan, yaitu bagaimana kami memulihkan ekosistem mangrove,” lanjutnya.
Baikhaki mengatakan dengan terjaganya ekosistem mangrove di
pesisir mampu menciptakan kembali habitat hewan-hewan laut. Hal ini menjadi
ihwal positif untuk penghidupan nelayan.
Selain itu, keberadaan ekosistem mangrove di pesisir bisa
menjadi perisai alami daratan dari terjangan abrasi dan rob yang kerap kali
menjadi momok warga sekitar pesisir. “Jadi spirit kami adalah menjaga mangrove
yang tersisa itu yang kini terancam akibat industri dan tata kelola ruang yang
tidak baik,” terang Baikhaki.
Selain itu, Baikhaki menerangkan fokus lain dari program KPP
di pesisir utara Jawa Tengah ini adalah menyokong kemampuan adaptasi masyarakat
pesisir menghadapi krisis iklim ini.
“Kita juga berusaha berkontribusi dalam aspek adaptasi
masyarakat. Kita mendorong masyarakat untuk lebih tangguh lagi. Daya lentingnya
lebih kuat lagi dengan cara kita kuatkan kemampuan ekonomi kelompok masyarakat
pesisir,” ucap Baikhaki.
Akibat ramainya aktivitas industri di sekitar pesisir
Tambakrejo, ikan-ikan menjadi sulit untuk dicari. Hal ini membuat para nelayan
Tambakrejo beradaptasi pada penangkapan hasil laut, terutama kerang hijau,
menggunakan rumpon (alat bantu penangkapan ikan yang dibuat menyerupai karang
alami untuk menarik ikan berkumpul).
“Kita akan dorong masyarakat untuk memaksimalkan potensi
rumpon kerang hijau ini untuk sarana resiliensi terhadap perubahan yang
diakibatkan krisis iklim,” lanjutnya.
Tidak hanya di Tambakrejo, pendekatan aspek adaptasi
masyarakat akibat krisis iklim akan digalakkan juga di Batang dan Bedono. “Di
Batang kami ajak perempuan di sana untuk mengolah hasil tangkapan ikan agar
memiliki nilai jual lebih," pungkasnya.
Dalam acara gelar wicara dalam peluncuran porgram KPP ini,
Manager Advokasi dan Kampanye Eksekutif Daerah WALHI Jawa Tengah, Iqbal Alma
menjelaskan, ruang tangkap nelayan di pesisir Pantura terutama Semarang
terancam oleh berbagai proyek pemerintah seperti kawasan industri maupun
pembangunan jalan tol Semarang-Demak, sehingga menciptakan krisis lokal seperti
mempersempit akses ruang tangkap nelayan, hilangnya ekosistem mangrove,
menurunnya kualitas pesisir karena sampah dan limbah dan memperparah krisis iklim
dan memperparah krisis iklim.
Kondisi itu berpengaruh dengan pendapatan ekonomi nelayan.
Di Tambakrejo pihaknya mencatat perbedaan ekonomi nelayan cukup mencolok antara
rentang tahun 2000-2017, nelayan bisa mengantongi penghasilan
Rp300ribu-Rp400ribu perhari dengan sumber pendapatan dari tambak ikan bandeng,
tangkapan ikan, kepiting, dan udang. Kondisi yang sama juga terjadi di Desa
Sengon (Batang) dan Bedono (Demak).
"Rentang tahun 2017-sekarang, pendapatan nelayan
Rp50ribu sampai Rp100ribu perhari dengan usaha pilihan nelayan hanya kerang
hijau," jelasnya.
Sittatun, warga Tambakrejo menceritakan bagaimana krisis
iklim berdampak pada tempat tinggalnya, yang cukup mengganggu aktivitas hidup
sehari-hari.
“Waktu demi waktu, di tahun 2000 itu sudah mulai terasa rob yang masuk ke wilayah kami. Setiap hari wilayah tempat kami tinggal tergenang air rob. Bahkan sampai setinggi lutut orang dewasa. Wilayah kami juga mengalami penurunan tanah yang begitu cepat, jadi setiap lima tahun sekali kami harus meninggikan rumah, dengan biaya yang tidak sedikit,” ujar Sittatun.
“Dengan adanya program dari DMC Dompet Dhuafa dan WALHI ini
saya berharap warga Tambakrejo semakin kuat untuk tetap bertahan,” ujarnya.
Kawan Baik, keberhasilan program Kawasan Pemulihan Pesisir
(KPP) sangat bergantung pada komitmen dan partisipasi berbagai pihak. Dengan
langkah konkret seperti rehabilitasi mangrove serta peningkatan kapasitas
adaptasi masyarakat, kawasan pesisir dapat kembali menjadi ekosistem yang sehat
untuk seluruh makhluk hidup. Karena Bumi Cuma Satu, Berdaya Sekarang!
