- Kebun REL, Tempat Asyik untuk Nongkrong dan Belajar Menanam Buah-Buahan
- UI dan Kementerian Transmigrasi Sinergi Kembangkan Program Transmigrasi Patriot
- Cerita Prof Koentjoro Soal Perjuangan Bangun Rumah Ibadah 6 Agama di UGM
- UMKM Dara Baro Buktikan Limbah Sisa Kain Bisa Mendunia
- Belantara Foundation Gelar Pelatihan Penggunaan Pendamping Buku Ajar Gajah Sumatra untuk Guru SD
- Fasilitas Riset Lidar Tingkatkan Pemahaman Dinamika Cuaca dan Iklim di Khatulistiwa
- India Sambut Baik Langkah Presiden Prabowo Hapus Kuota Impor Pangan Pokok
- Penyuluh Pertanian Satukan Tekad Akselerasi Swasembada Pangan
- Menkeu, Teori dan Kebijakan Tarif
- Uji Kelayakan Lokasi PLTN, BRIN dan BMKG Lakukan Kajian Potensi Tsunami di Pantai Gosong
Indonesia Perlu Bersikap di Tengah Pusaran Dinamika Geopolitik Dunia
.jpg)
YOGYAKARTA - Kondisi geopolitik di
wilayah Rusia dan Ukraina, Timur tengah dan Indo-Pasifik tengah bergejolak
belakangan ini. Sebagai negara yang berada di wilayah Indo-Pasifik perlu
menyiapkan diri dalam menghadapi potensi konflik jika sewaktu-waktu terjadi.
Hal itu ditegaskan mantan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI
(Purn.) Prof Dr Marsetio dalam seminar bertajuk “Dinamika Geomaritim Kawasan
Indonesia” pada Rabu (19/2), di Auditorium Gedung Pascasarjana UGM.
Menurut Marsetio, posisi Indonesia yang sangat strategis ini
menjadi rentan akan potensi terjadinya konflik. “Indonesia berbatasan langsung
dengan sepuluh negara tetangga, hal ini rawan menjadi konflik sebab saat ini
masih belum terselesaikan,” ujarnya.
Konflik geopolitik secara global menurut Marsetio dapat
terjadi pada tiga wilayah, yaitu Ukraina-Rusia, Timur Tengah, dan Indo-Pasifik.
Wilayah Indo-Pasifik yang mencakup Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara
lainnya dapat menjadi theater of war, utamanya dengan kondisi Tiongkok yang
sedang memperebutkan hegemoni untuk menjadi negara adidaya.
Baca Lainnya :
- Budiman Sudjatmiko: Selama Reformasi Agraria Tidak Selesai, Kemiskinan Sulit untuk Lepas0
- RUU Minerba Disahkan, Bukti Senayan Panggung Sirkus untuk Berbisnis0
- 63 Ekor Ikan Predator di Jakarta Timur Dimusnahkan0
- Gaya Asyik Budiman Sudjatmiko Ngobrol Seru Dengan Wartawan Soal Pengentasan Kemiskinan di Indonesia0
- Vonis Tertinggi Sepanjang Sejarah, 6 Pemburu Badak Jawa Diganjar 11-12 Tahun Penjara0
Menurutnya, salah satu upaya yang dilakukan Tiongkok adalah
dengan menambah jumlah pangkalan angkatan laut mereka di 37 negara serta
mencaplok lautan Indonesia yang ada di wilayah Laut Cina Selatan.
“Saat ini saja, Tiongkok terus berupaya untuk mengejar
hegemoni mereka. Diaspora mereka yang berjumlah ratusan ribu ditarik kembali
setelah belajar banyak hal di negara barat untuk memajukan negeri mereka,”
papar Marsetio.
Guru Besar Bidang Maritim Universitas Pertahanan ini
kemudian menyebutkan Amerika Serikat membentuk wilayah Indo-Pasifik sebagai
cara mereka di sektor ekonomi dan pertahanan guna menangkal pergerakan yang
dilakukan oleh Tiongkok. Laut Cina Selatan juga menjadi tempat negara-negara
tersebut unjuk gigi menampilkan kemampuan militer mereka. Indonesia berupaya
untuk mengajak negara-negara Asia di kawasan tersebut untuk bekerja sama
sehingga meminimalkan konflik yang terjadi.
Dikatakan alumnus prodi S3 Kajian Budaya dan Media, Sekolah
Pascasarjana (SPs) UGM ini menegaskan Indonesia harus terus bersiap dalam
menghadapi setiap kondisi yang mungkin terjadi dalam iklim geopolitik dunia
yang saat ini berlangsung. “Kalau cinta damai, kita pun harus siap berperang,”
pungkas Marsetio.
Dosen Kajian Budaya dan Media, SPs UGM, Budiawan, S.S.,
M.A., Ph.D. menuturkan Indonesia sebagai negara kepulauan sebenarnya belum
membuat mayoritas warganya berpikir secara kemaritiman. Bahkan, untuk
pemerintah Indonesia sendiri, hal ini baru dimulai semenjak reformasi dengan
dibentuknya Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 1999.
Untuk itu, Budiawan menyebutkan perlu perubahan pola pikir
masyarakat menjadi masyarakat maritim dalam menyongsong Indonesia menuju poros
maritim dunia.“Apalagi sekarang dengan kondisi geopolitik dunia diperlukan
kesadaran mengenai kemaritiman,” pungkasnya.
Penulis : Lazuardi
Editor : Gusti Grehenson
