- Hilirisasi Grup MIND ID, Transformasi Pertambangan Berbasis Nilai Tambah
- Cerita Eks Wartawan Jualan Cabai yang Diborong Mentan Amran dari Daerah Bencana Aceh
- Kepungan Bencana Ekologis dan Keharusan Reformasi Fiskal Sektor Ekstraktif
- Pertumbuhan Ekonomi 2026 Ditaksir 5 Persen, WP Badan Harus Siap Diperiksa
- Ikhtiar Nyata SDG Academy Indonesia: Konektivitas Data, Kebijakan, dan Kepemimpinan
- Kembangkan Potensi Anak, LPAM Mirabel dan Ilmu Politik UNY Gelar Peringatan Hari Ibu
- Sambut Nataru dan HAB Kemenag ke-80, PD IPARI Karanganyar Bersih-Bersih Rumah Ibadah Lintas Agama
- Penguatan Sektor Riil Kunci Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 5,4 Persen di 2026
- Musim Mas Dukung Pemkab Deli Serdang Hadirkan Ruang Publik Bersama melalui Pembangunan Alun-Alun
- Sidang Pengeroyokan di Tanjungpinang, Korban Soroti Terdakwa Tak Ditahan
Raja Dirgantara Kembali ke Langit Jawa: Pelepasliaran Elang Jawa di TNGGP
.jpg)
SUKABUMI - Kementerian Kehutanan
kembali menunjukkan komitmennya terhadap upaya konservasi keanekaragaman
hayati. Wakil Menteri Kehutanan (Wamenhut) Rohmat Marzuki memimpin langsung
kegiatan pelepasliaran Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) bernama Raja Dirgantara
di kawasan Situgunung, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Sukabumi,
pada Sabtu (13/12/2025).
Wamenhut Rohmat Marzuki, pada kesempatan ini menyatakan
bahwa pelepasliaran merupakan langkah nyata Pemerintah Indonesia bersama para
pihak terutama peneliti, pemerhati, dan pegiat konservasi Elang Jawa untuk
menjawab tantangan keterancaman Elang Jawa dari aktivitas ilegal melalui upaya
rehabilitasi serta mengembalikan satwa endemik ini ke habitat alaminya.
“Pelepasliaran Elang Jawa hari ini merupakan wujud nyata
komitmen pemerintah dalam menjaga dan memulihkan kekayaan hayati Indonesia.
Elang Jawa, yang dikenal sebagai simbol negara, memiliki peran penting dalam
menjaga keseimbangan ekosistem hutan pegunungan kita. Dengan melepas kembali
satwa langka ini ke habitat alaminya, kita tidak hanya mengembalikan satu
individu ke alam, tetapi juga meneguhkan tekad bangsa untuk melestarikan satwa
liar sebagai titipan generasi mendatang," ungkap Wamenhut Rohmat Marzuki.
Baca Lainnya :
- Nih Lima Negara dengan Hutan Terluas di Dunia Tahun 20250
- Hutan: Kekuasaan dan Pelajaran0
- Indonesia Perlu Pastikan Infrastruktur Hingga Protokol Tanggap Darurat Hadapi Risiko Hidrometeorolog0
- KPOP4PLANET Indonesia Desak Hana Bank Hentikan Pembiayaan Batu Bara0
- Pakar Hukum Ini Ingatkan Praktik Kejahatan Berlindung Dibalik Bencana 0
"Upaya ini merupakan hasil kolaborasi antara
pemerintah, lembaga konservasi, akademisi, dan masyarakat. Saya mengajak
seluruh masyarakat Indonesia untuk terus melindungi hutan dan satwa liar,
karena kelestarian mereka adalah cerminan masa depan kita bersama. Mari kita
jaga agar Elang Jawa dapat terus terbang bebas di langit Nusantara," imbuh
Wamenhut.
Kegiatan pelepasliaran ini merupakan bagian dari rangkaian
Pekan Tiga Dekade Konservasi Elang Jawa. Melalui aksi ini, pemerintah secara
nyata menunjukkan peran otoritasnya dalam mengamankan satwa hasil sitaan dan
mengembalikannya ke habitat alami. Langkah ini juga menegaskan tanggung jawab
negara dalam menjaga kelestarian Elang Jawa, spesies endemis Jawa dan Bali
terancam punah berstatus Genting (Endangered).
Elang Jawa yang dilepasliarkan merupakan satwa serahan dari
masyarakat asal Cianjur. Saat diserahkan pada September 2024, Raja Dirgantara
masih berusia muda dan menunjukkan kondisi jinak. Pusat Pendidikan Konservasi
Elang Jawa (PPKEJ) Cimungkad – Balai Besar TNGGP kemudian melaksanakan proses
rehabilitasi intensif selama satu tahun tiga bulan.
Tim rehabilitasi PPKEJ melatih Raja Dirgantara memangsa
pakan alaminya, seperti bunglon dan ular koros, untuk mengembalikan insting
liarnya. Setelah melalui pemeriksaan medis dan perilaku, Raja Dirgantara
mencapai skor kelayakan 405 poin berdasarkan standar perhitungan yang biasa
digunakan para peneliti dan pemerhati elang untuk menentukan kelayakan spesies
elang untuk dapat dilepasliarkan kembali ke alam bebas.
Salah satu alasan pemilihan kawasan Situgunung sebagai
lokasi pelepasliaran adalah berdasarkan hasil kajian habitat menunjukkan lokasi
ini memiliki kesesuaian habitat bagi Elang Jawa, memiliki potensi sumber pakan
melimpah dan minim satwa kompetitor. Selain itu pelepasliaran seperti Raja
Dirgantara ini secara signifikan memperkuat populasi Elang Jawa yang sangat
terbatas.
Sebelum dilepasliarkan, pada punggung Raja Dirgantara
dipasangkan GPS transmitter. Alat tersebut akan memudahkan dan memungkinkan
bagi tim monitoring untuk melakukan pemantauan pasca pelepasliaran secara
berkelanjutan, melihat tingkat survival dan adaptasi elang yang dilepasliarkan
dengan lingkungan barunya, mengikuti pola pergerakan, daya jelajah dan
teritorinya selama kurang lebih satu tahun.
TNGGP terus memantau populasi Elang Jawa termasuk Raja
Dirgantara yang telah dilepasliarkan. Tiga tahun terakhir, patroli lapangan
telah menjumpai 14 sarang Elang Jawa yang aktif sehingga menjadi indikator
kualitas habitat yang masih terjaga.
Kawasan Resort Situgunung berdekatan dengan Resor Cimungkad,
lokasi dimana pertama kali Elang Jawa ditemukan, disana juga terdapat museum
dan makam M.E.G Bartels (penemu Elang Jawa), yang dapat menjadi alternatif
wisata edukasi sejarah bagi publik.
Keseluruhan kegiatan pelepasliaran Raja Dirgantara
terlaksana berkat kolaborasi erat antara Kementerian Kehutanan dengan Raptor
Indonesia, Burung Indonesia, dan dukungan dari PT Djarum.
Hal ini sebagaimana peran kolaborasi multipihak bagi
keberlangsungan konservasi Elang Jawa. Sebab, sinergisitas inilah yang menjadi
fondasi penting agar habitat Elang Jawa dapat terus berkembang dan pesonanya
dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
“Kami mendukung komitmen pemerintah dalam membangun sistem
yang terus tumbuh melalui kolaborasi lintas sektor dan peningkatan
keberlanjutan. Inisiatif kolaboratif ini akan menciptakan model yang dapat
dipertahankan dan dikembangkan oleh komunitas secara mandiri. Semangat untuk
mendorong upaya konservasi Elang Jawa kini telah berkembang dari program
perlindungan keanekaragaman hayati dan habitat menjadi pendekatan konservasi
yang lebih luas dan terintergrasi,” kata Chief Operating Officer PT Djarum,
Victor Rachmat Hartono.
.jpg)
1.jpg)

.jpg)

6.jpg)
.jpg)
1.jpg)
.jpg)

.jpg)

