- Hilirisasi Grup MIND ID, Transformasi Pertambangan Berbasis Nilai Tambah
- Cerita Eks Wartawan Jualan Cabai yang Diborong Mentan Amran dari Daerah Bencana Aceh
- Kepungan Bencana Ekologis dan Keharusan Reformasi Fiskal Sektor Ekstraktif
- Pertumbuhan Ekonomi 2026 Ditaksir 5 Persen, WP Badan Harus Siap Diperiksa
- Ikhtiar Nyata SDG Academy Indonesia: Konektivitas Data, Kebijakan, dan Kepemimpinan
- Kembangkan Potensi Anak, LPAM Mirabel dan Ilmu Politik UNY Gelar Peringatan Hari Ibu
- Sambut Nataru dan HAB Kemenag ke-80, PD IPARI Karanganyar Bersih-Bersih Rumah Ibadah Lintas Agama
- Penguatan Sektor Riil Kunci Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 5,4 Persen di 2026
- Musim Mas Dukung Pemkab Deli Serdang Hadirkan Ruang Publik Bersama melalui Pembangunan Alun-Alun
- Sidang Pengeroyokan di Tanjungpinang, Korban Soroti Terdakwa Tak Ditahan
Beras Alami Deflasi Saat Paceklik, Harga Petani Tetap Terjaga Baik
.jpg)
JAKARTA — Komoditas beras alami deflasi
di akhir semester kedua 2025 meskipun pada bulan-bulan paceklik. Menteri
Pertanian/Kepala Badan Pangan Nasional Andi Amran Sulaiman menilai situasi ini
sebagai perbaikan sistem produksi dan distribusi.
“Alhamdulillah, kami lihat beras, kita beras karena ini
penyumbang deflasi paling besar. Beras itu kita lihat terjadi deflasi, sudah
2-3 bulan terakhir terjadi deflasi. Dan itu tidak pernah terjadi, kita lihat 7
tahun terakhir tidak pernah terjadi, di bulan paceklik, Oktober, November,
Desember, kita lihat tetapi harga stabil,” ungkapnya di Jakarta, Kamis
(11/12/25).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), beras pada konsumen
mengalami deflasi beruntun sejak September hingga November dengan penurunan
masing-masing 0,13 persen, 0,27 persen, dan 0,59 persen. Pada minggu pertama
Desember, harga beras medium turun 0,06 persen dan beras premium turun 0,15
persen dibanding November 2025. Kendati demikian, deflasi ini tidak
mempengaruhi harga pada tingkat petani.
Baca Lainnya :
- Forum Lintas Iman dan Komitmen Bersama untuk Sistem Pangan Lestari0
- Indonesia Ekspor 10 Kontainer Udang Bebas Cesium 137 ke AS0
- Indef Ingatkan Pertanian Belum Pulih Dari Dampak Pandemi0
- Mentan: 40.000 Sawah Terdampak akan Dapatkan Bantuan Kementan, Termasuk Alsintan di Sumut0
- Pangan dalam Perspektif dan Tradisi Masyarakat Indonesia, Sejatinya Sudah Swasembada0
Kesejahteraan petani tergambar dari indeks harga yang
diterima petani yang naik dari 136,78 pada Januari menjadi 144,59 pada November
2025. Pada September, angkanya sempat mencapai 146,28, rekor tertinggi tujuh
tahun terakhir. Kenaikan ini berjalan seiring dengan perkiraan produksi beras
nasional yang mencapai 34,79 juta ton pada 2025, mengonfirmasi bahwa harga padi
petani tetap menguntungkan, meskipun harga beras konsumen melandai.
Sementara itu, indikator kesejahteraan petani menurut Badan
Pusat Statistik (BPS) menunjukkan posisi yang kuat. Nilai Tukar Petani (NTP)
pada April 2025 berada di 121,06, tertinggi dalam tujuh tahun terakhir. NTP
Tanaman Pangan (NTPP) juga mencatat indeks 106,51 pada periode yang sama.
Tren penurunan harga beras ini berjalan bersamaan dengan
peningkatan produksi di sejumlah wilayah. Misalnya di Papua Selatan, luas panen
mencapai 80.124 hektare pada 2025, meningkat 69,87 persen dibanding tahun
sebelumnya.
Meski demikian, Amran menggambarkan tantangan distribusi
beras di Papua masih membutuhkan upaya ekstra. Sebagai langkah jangka panjang,
pemerintah terus memperkuat produksi beras lokal untuk memenuhi kebutuhan
Papua.
“Kami baru pulang dari Papua, karena Zona 3 itu Papua harga
beras cukup tinggi, begitu kami ke lapangan, itu begitu berat medannya. Ada
yang harus naik pesawat, bayangkan beras kirim pakai pesawat. Ada yang naik
truk dan itu berhari-hari, tenggelam truknya,” ujarnya.
“Nah sekarang solusi permanen adalah kami sudah bicara
seluruh Papua, Papua Selatan, Papua Tengah, Papua Barat, Barat Daya, kami
ketemu semua, kami kesana ketemu diskusi solusi permanen adalah kebutuhan beras
di Papua 660 ribu ton. Kita penuhi baru 120 ribu ton, kita masih butuh 500 ribu
ton. 500 ribu ton itu membutuhkan 100 ribu hektare. Insya Allah 2026 dan 2027
kita beresin,” terang Amran.
Diversifikasi pangan daerah turut menjadi sorotan
Mentan/Kepala Bapanas Andi Amran Sulaiman. Komoditas umbi-umbian termasuk yang
akan ditingkatkan produksinya.
“Artinya apa? Papua, solusi permanen adalah memproduksi
beras dan bukan saja beras, juga umbi-umbian yang juga diminta oleh
saudara-saudara kita di sana. Jadi beras insya Allah 2 tahun kita selesaikan.
Insya Allah selesai mandiri pangan,” jelas Amran.
Upaya kemandirian pangan ini juga berlangsung di berbagai
pulau. Beberapa daerah yang sudah mandiri pangan diantaranya, yaitu Sumatera,
Kalimantan, dan Sulawesi. Sementara Papua diproyeksi menyusul dalam 2 tahun ke
depan.
.jpg)
1.jpg)

.jpg)

6.jpg)
.jpg)
1.jpg)
.jpg)

.jpg)

